Tafsir Jalalain Qs Yasin Ayat 40

Dari aneka ragam penafsiran, Tafsir Jalalain merupakan salah satu pilihan untuk mengetahui makna ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara yang ringkas, padat, dan mudah dipahami.

Ditulis oleh dua ulama besar, Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuthi, tafsir ini banyak digunakan oleh para pelajar dan pengkaji Al-Qur’an karena bahasanya yang jelas serta metode penyampaiannya yang sistematis.

Pada kesempatan kali ini, mari kita dalami surat Yasin ayat demi ayat, khususnya ayat ke=40 dengan penafsiran ringkas dari al-Jalalain. Sebelum itu kami tampilkan teks lengkapnya

Qs Yasin Ayat 40

لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۚ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ [٣٦:٤٠]
Latin: Lā asy-syamsu yanbaghī lahā an tudrika al-qamara wa lā al-laylu sābiqu an-nahāri, wa kullun fī falakin yasbaḥūn.
Artinya: Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.

Berikut tafsir ayat 40 dari Surah Yasin dan penjelasannya:

Tafsir Jalalain Yasin Ayat 40

{لَا الشَّمْس يَنْبَغِي}

 يَسْهُل وَيَصِحّ

 {لَهَا أَنْ تُدْرِك الْقَمَر}

 فَتَجْتَمِع مَعَهُ فِي اللَّيْل

{وَلَا اللَّيْل سَابِق النَّهَار}

 فَلَا يَأْتِي قَبْل انْقِضَائِهِ

{وَكُلّ}

 تَنْوِينه عِوَض عَنْ الْمُضَاف إلَيْهِ مِنْ الشَّمْس وَالْقَمَر وَالنُّجُوم

{فِي فَلَك}

 مُسْتَدِير

{يَسْبَحُونَ}

يَسِيرُونَ نَزَلُوا مَنْزِلَة الْعُقَلَاء

  • {Lā asy-syamsu yanbaghī} – Matahari tidaklah mudah dan tidaklah patut…
  • {Lahā an tudrika al-qamar} – Baginya (matahari) untuk mengejar bulan, sehingga berkumpul dengannya di malam hari.
  • {Wa lā al-lailu sābiqu an-nahār} – Dan malam tidak akan mendahului siang, maka ia tidak datang sebelum siang berakhir.
  • {Wa kullun} – Tanwin pada “kullun” menggantikan kata yang seharusnya disandarkan kepadanya, yaitu matahari, bulan, dan bintang-bintang.
  • {Fī falakin} – (Berada) di dalam orbit yang berbentuk bulat.
  • {Yasbaḥūn} – Mereka bergerak (beredar), dan mereka disamakan dengan makhluk berakal.

Penjelasan Tafsir Yasin Ayat 40

Ayat ini merupakan bagian dari Surah Yāsīn ayat 40, yang menjelaskan keteraturan dalam pergerakan matahari, bulan, dan malam serta siang. Dalam konteks tafsir, ayat ini menegaskan bahwa semua benda langit bergerak dalam orbitnya dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.


Penjelasan Per Ayat

  1. {لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ}

    • Matahari tidak mungkin menyusul bulan sehingga bertemu dalam satu waktu yang sama.
    • Hal ini menunjukkan bahwa siang dan malam berjalan secara teratur, karena matahari memiliki jalannya sendiri dan bulan memiliki orbitnya sendiri.
    • Secara ilmiah, ini menggambarkan bahwa bulan dan matahari memiliki lintasan masing-masing dan tidak akan bertabrakan.
  2. {وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ}

    • Malam tidak akan datang sebelum siang berakhir.
    • Ini menandakan bahwa ada sistem yang tetap dalam pergantian siang dan malam, tanpa kekacauan atau perubahan tiba-tiba.
    • Dalam konteks ilmiah, ini menunjukkan rotasi bumi yang stabil sebagai sebab pergantian siang dan malam.
  3. {وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ}

    • Semua (benda langit seperti matahari, bulan, dan bintang) beredar di dalam orbitnya.
    • Kata يَسْبَحُونَ (yasbaḥūn) berarti “berenang” atau “melayang”, yang menggambarkan pergerakan benda langit yang teratur dan mulus.
    • Ini sesuai dengan pemahaman modern tentang orbit planet dan benda langit yang bergerak dalam sistem tata surya.

Konteks dan Relevansi Tafsir

Ayat ini menunjukkan keajaiban keteraturan alam semesta yang telah diatur oleh Allah. Dalam konteks keimanan, ayat ini menegaskan bahwa:

  1. Allah sebagai Pengatur Alam

    • Tidak ada kekacauan dalam pergantian siang dan malam, semua terjadi sesuai hukum yang telah ditetapkan.
    • Ini menjadi bukti keesaan Allah dalam menciptakan dan mengatur alam semesta.
  2. Keajaiban Ilmiah dalam Al-Qur’an

    • Ayat ini sejalan dengan ilmu astronomi modern yang menjelaskan bahwa matahari, bulan, dan bumi memiliki orbit masing-masing.
    • Pergerakan benda langit ini bukan terjadi secara acak, tetapi mengikuti sistem yang sangat presisi.
  3. Keteraturan dalam Kehidupan

    • Sebagaimana alam semesta berjalan dengan keteraturan, manusia juga harus mengikuti aturan dan ketentuan Allah dalam kehidupannya.
    • Ketetapan Allah dalam pergerakan benda langit bisa menjadi refleksi bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki aturan dan keseimbangan.

Ayat ini menegaskan bahwa alam semesta beroperasi berdasarkan hukum yang telah ditentukan oleh Allah. Dengan keteraturan matahari, bulan, dan pergantian siang serta malam, manusia dapat melihat tanda-tanda kebesaran Allah. Secara ilmiah, ini juga membuktikan bahwa Al-Qur’an telah menjelaskan konsep tentang orbit benda langit jauh sebelum ilmu astronomi modern berkembang.